28 Desember 2011

Jejaring Sosial Berpotensi Mentransformasi Budaya Organisasi?

Facebook, Twitter,... dan sebagainya saat ini menjadi trend sosial yang sedang menjamur. Tidak ada yang tidak kenal dengan media jejaring sosial, dan bahkan jika ada 10 orang di depan saya saat ini, mungkin hanya 1 orang yang tidak memilik akun Fb ( hanya perumpamaan )... Hadirnya jejaring – jejaring sosial ini memberikan angin perubahan di setiap lini budaya, salah satunya wacana transformasi budaya organisasi.


Apa itu Budaya Organisasi ?


Budaya Organisasi adalah sebuah nilai keyakinan yang diyakini bersama oleh semua komponen penggerak organisasi di dalamnya.


Didalam budaya organisasi tersebut, kita mempelajari materi tentang Transformasi Budaya.

Transformasi adalah Perubahan..Jadi, Transformasi Budaya Organisasi itu sendiri adalah perubahan mendasar yang terjadi pada organisasi akibat keputusan beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan internal organisasi tersebut...

Lalu bagaimana keterkaitan pengaruh jejaring- jejaring sosial tersebut, dengan transformasi budaya organisasi?


Sekarang mari kita sangkut paut kan kalimat – kalimat yang bergaris bawah dia paragraf – paragraf sebelumnya... (simak ebih cermat kembali), untuk menjadi wacana akankah jejaring sosial berpotensi memberikan transformasi pada budaya organisasinya, atau hanya dengan memberikan aturan – aturan baru terkait jejaring sosial.


Jejaring sosial adalah media yang memfasilitasi segala informasi (baik yang dibutuhkan maupun tidak) yang lebih cepat terpublikasi, sehingga pada akhirnya menciptakan pola kebiasaan baru. Terkadang, akibat adanya jejaring sosial ini, orang tidak memiliki aturan dalam memberikan informasi, bahkan yang berkaitan dengan organisasi dimana orang tersebut terkait.


Salah satu contoh, pernah terjadi kasus di perusahan X (ini nyata, tapi maaf nama perusahaan tidak dicantumkan), dimana salah satu karyawan yang bersinggungan pendapat dengan manajer nya tentang sistim organisasi, menuliskan hujatan – hujatan di akun facebook nya, menyangkut-pautkan sistim organisasinya,bahkan memberikan informasi infomasi internal yang tidak perlu dipublikasikan . Padahal teman – teman facebooknya adalah rekan kerjanya, atasan, bahkan klien dari perusahaan tersebut. Dampak terburuknya adalah dengan orang dapat membaca apa yang tertulis orang akan me-mindset pikirannya, bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki budaya organisasi yang baik, sehingga karyawan tersebut dapat kurang beretika menulis hal demikian. Hal ini dapat dibuktikan dengan reaksi orang – orang yang membacanya.


Contoh lagi, karena jejaring sosial ini telah menjadi pola kebiasaan yang baru (terutama negara – negara berkembang, seperti Indonesia), bahkan sering ditemukan baik di organisasi pemerintah maupun swasta, para karyawannya diam – diam asyik mencuri jam kerja untuk ber”main” facebook atau jejaring sosial lainnya, meskipun terkadang telah ditetapkan aturan larangan menggunakan internet pada jam kerja. Hal ini tentunya menyebabkan ketidak efektifan dan ke-efisien-an karyawan dalam bekerja, dan tentunya merugikan organisasi.

Dari contoh - contoh diatas, dapat disimpulkan secara tidak langsung, jejaring sosial tersebut berpotensi memberikan pengaruh pada budaya organisasi untuk mentransformasi beberapa nilai budaya organisasi yang sudah dianut. Organisasi pelu mengkaji ulang, apakah budaya organisasi yang digunakan selama ini telah mengkristal di seluruh lini sdm organisasi tersebut atau belum. Karena kesuksesan budaya organisasi, dilihat dari bagaimana karyawan – karyawan nya mampu mengimplementasikan budaya organisasi tersebut dengan baik, menjaga nama organisasi dengan baik, dan sebagainya, walaupun terjadi perselisihan – perselisihan internal.


Bagaimana menurut pembaca, apakah jejaring sosial akan berpotensi memberikan wacana transformasi budaya pada suatu organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternal?








Tidak ada komentar:

Posting Komentar